Liburan ke Bandung? Bukannya sudah terlalu mainstream ya?
Kalau kamu liburan ke Bandung sekadar belanja, atau main ke pelbagai taman atraksi di Bandung ya bisa jadi sudah terlalu mainstream. Pernah mencoba sekadar jalan-jalan murah meriah tetapi asyik di Kota Bandung? Apalagi pesona Kota Bandung yang sudah berusia 208 tahun ini, terasa semakin cantik saja.
Beberapa hari lalu, aku keliling Kota Bandung. Utamanya ke tempat-tempat yang terkenal banget dengan nuansa bangunan heritage-nya. Iya sebagai kota yang dibangun pada masa kolonial, bahkan sempat menjadi calon ibukota, Bandung memiliki banyak bangunan heritage yang masih terpelihara. Bahkan sebagian besarnya masih difungsikan dengan baik.
Bagaimana sih cerita aku liburan di Bandung beberapa hari lalu? Yuk ikuti liputan lengkapnya.
Menuju Bandung
Bukan rahasia lagi kalau jalan tol Jakarta – Cikampek macetnya sudah tidak ada libur. Alias ya selalu macet setiap hari. Jalur yang sempat menjadi primadona saat ke Bandung, kini rasanya sudah tidak menjadi pilihan yang ideal.
Kehabisan pilihan? Dari Jakarta ke Bandung, selain menggunakan bus/mobil/travel, ada opsi yang lebih menarik karena kenyamanan dan ketepatan waktunya. Apalagi kalau bukan kereta api Argo Parahyangan.
Dibanderol dengan harga tiket Rp80.000 – Rp100.000 untuk kelas ekonomi (ini ekonomi yang bagus ya) dan Rp130.000 – Rp150.000 untuk kelas eksekutif, Argo Parahyangan sukses menjadi idola baru bagi mereka yang hendak bepergian dari Jakarta menuju Bandung. Pun sebaliknya.
Atau ada pula kelas Luxury, dengan kenyamanan lebih baik dan fasilitas hiburan lebih lengkap. Satu tiketnya, sekitar Rp350.000 – Rp450.000 saja kok. Sudah dapat cemilan dan minum kopi/teh sepuasnya.
Dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan, lebih pasti dan bebas dari kemacetan, wajar saja kalau tiket kereta Jakarta – Bandung PP saat ini mulai rebutan. Sebenarnya ada satu opsi lagi perjalanan ke Bandung yang bebas macet, yakni pesawat terbang dari Halim Perdanakusuma ke Husein Sastranegara. Eh ada? Iya, beneran ada loh!
Bandung, Aku Datang!
Sampai di Kota Bandung, udara sejuk langsung menyambut. Suhu di Kota Bandung berkisar 18° – 29° tentu jauh lebih dingin dari suhu di Jakarta. Apalagi dibanding tempatku di Karawang, wah beda jauh banget!
Satu hal yang aku senangi dari Kota Bandung adalah kemudahan mendapatkan akses transportasi publik. Sehingga untuk menuju pelbagai tempat yang aku inginkan, dapat menggunakan bus Damri atau angkot. Kalau pakai transportasi daring? Bisa juga kok. Namun perhatikan zona merah ya, seperti stasiun atau terminal.
Sudah sampai di Kota Bandung, kemana dulu nih yang ingin dituju?
Taman Balaikota
Tujuan pertama adalah ke Taman Balaikota. Salah satu tempat yang beberapa tahun terakhir menjadi pilihan tempat berlibur gratis. Wajar saja sih, lokasinya memang strategis. Berada di Jalan Wastukencana dan Jalan Merdeka, diakses dengan kendaraan umum dan di sekitarnya banyak tempat yang tidak kalah menariknya.
Dari Stasiun Bandung, menuju Taman Balaikota dapat menggunakan angkot Stasiun Hall – Dago. Kalau dari Terminal Leuwipanjang, langsung saja naik DAMRI Leuwipanjang – Dago. Turun bisa langsung di Taman Balaikota.
Taman Balaikota sendiri terdiri dari beberapa taman. Ada taman bunga, taman hewan, sampai taman labirin. Kalau untuk foto-foto, pasti keren sih. Apalagi di Taman Balaikota juga terdapat kolam dangkal yang pastinya jadi tempat favorit untuk bermain air bagi anak-anak. Buat kamu yang sedang kasmaran, ada pula Taman Cinta yang dikenal dengan gembok cintanya. Aku mau dong gembok hatimu, eh.
Di sekitar Taman Balaikota pun banyak tempat menarik yang bisa dieksplor. Ada Taman Vanda, Taman Sejarah, sampai Bandung Planning Gallery. Taman-taman tadi selain seru untuk liburan dan foto-foto, memberikan pengetahuan untuk para pengunjungnya. Jadi liburan dapat, ilmu baru pun dapat.
Jalan Braga
Dari Taman Balaikota aku menuju Jalan Braga. Cukup berjalan kaki sekitar 5 menit, sampailah di salah satu jalan ikonik Kota Bandung ini. Sepanjang perjalanan, aku bisa mengambil banyak foto bangunan heritage yang unik. Termasuk bangunan Bank Indonesia.
Jalan Braga sendiri dikenal sebagai pusat hiburan. Mulai dari hiburan keluarga dan kuliner, sampai ke hiburan malam. Mengingat banyak bar yang berada di jalan ini. Kalau sekadar ngopi, bisa mampir ke My Loc Coffee yang tidak jauh dari Braga City Walk. Aku rekomendasikan karena kopinya murah, tempatnya enak dan lucu, plus punya pilihan menu yang variatif.
Jalan Braga pun menjadi salah satu tempat wajib foto-foto untuk para wisatawan. Nuansa unik dan heritage, menjadi nilai lebih tersendiri. Apalagi bila berfoto dengan latar lukisan yang dijual di sepanjang Jalan Braga. Jadi lebih artistik fotonya. Namun disarankan izin dulu ke penjualnya, bila memang tidak diizinkan ya jangan memaksa. Masih banyak kok spot lainnya.
Kawasan Asia Afrika
Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd! (Usahakan bila aku datang lagi ke sini, telah dibangun sebuah kota!)
Demikian pesan mendiang Daendels yang menjadi titik bermulanya Kota Bandung lahir. Iya, Kota Bandung merupakan kota yang lahir akibat adanya jalan raya pos yang dibangun pada zaman Daendels. Jalan yang menyambungkan Anyer – Panarukan ini melalui Bandung yang saat itu dipimpin oleh Bupati Wiranatakusumah II. Di titik Daendels memerintahkan kota dibangun itulah yang menjadi titik nol Kota Bandung. Jalan raya pos pun sampai sekarang masih ada dengan nama Jalan Asia Afrika.
Sepanjang Jalan Asia Afrika kita akan dimanjakan banget dengan nuansa heritage Kota Bandung. Membuat aku seolah terlempar kembali ke 1 – 2 abad yang lalu. Bangunan peninggalan kolonial yang masih difungsikan dengan baik, termasuk beberapa hotel legendaris seperti Grand Prama Preanger dan Savoy Homann.
Gedung Merdeka
Di Jalan Asia Afrika terdapat satu gedung yang merupakan saksi sejarah penting dalam Konferensi Asia Afrika 1955. Agenda internasional yang diinisiasi oleh beberapa negara Asia dan Afrika ini, termasuk Indonesia, merupakan agenda bersejarah yang pada akhirnya melahirkan kemerdekaan bagi negara-negara di Asia dan Afrika. Suatu bentuk nyata bagi kolonial dan imperialisme.
Saat ini gedungnya menjadi satu bagian dari Museum Konferensi Asia Afrika, di bawah pengelolaan dari Kementerian Luar Negeri. Untuk tiket masuknya tidak dikenakan biaya. Waktu bukanya pun dari pukul 9 – 4 sore, Selasa – Minggu selain hari libu nasional. Khusus hari Jumat museum baru buka pukul 2 siang ya. Wisatawan boleh bebas memfoto koleksi di museum KAA, dengan catatan tidak membuat video dan tidak memfoto menggunakan cahaya blitz.
Dari Museum KAA kita bisa memasuki Gedung Merdeka. Ruang dimana dahulu KAA 1955 dibuka dan ditutup. Sampai sekarang masih dijaga keasliannya, sampai ke kursi yang digunakan. Meski untuk busanya, sudah diperbaharui demi kenyamanan. Karena area Gedung Merdeka ini masih digunakan untuk agenda pemerintahan dan kenegaraan ya.
Alun-Alun
Selain yang aku sebutkan sebelumnya, di Jalan Asia Afrika terdapat alun-alun dan Masjid Raya Jawa Barat. Tempat terbuka pertama yang dibenahi dan diresmikan oleh pemerintahan Kota Bandung periode Ridwan Kamil. Sampai saat ini, alun-alun masih menjadi tempat piknik gratis favorit. Apalagi dengan rumput sintesis yang menjadi ciri khas.
Di sini aku bisa rehat sejenak. Lesehan di karpet rumput sembari foto-foto. Bila waktu shalat sudah masuk, aku pun bisa langsung menuju Masjid Raya untuk mendirikan shalat. Cari-cari makanan untuk sedikit ganjal perut bisa juga di sini. Meski tidak sebanyak waktu alun-alun masih semrawut kayak dulu, tapi lebih enak kalau tertib begini bukan?
Gasibu dan Gedung Sate
Belum sah ke Bandung kalau belum berfoto di Gasibu dan Gedung Sate. Katanya sih begitu ya? Aku yang beberapa tahun tinggal di Bandung baru ingat kalau belum pernah mengagendakan main ke Gedung Sate. Apalagi sekarang ini, di Gedung Sate ada museum yang dibuka untuk umum. Lanjut deh ke sana yuk!
Sebenarnya agak lumayan ribet kalau dari Alun-Alun ke Gedung Sate dengan naik kendaraan umum. Meski jaraknya tidak terlalu jauh. Mengalah naik transportasi daring saja deh sesekali, hehehe.
Sebelum masuk ke Gedung Sate, aku main dulu ke kawasan Gasibu. Sekadar foto-foto karena kalau siang, terasa terik banget. Memang waktu terbaik menikmati Gasibu itu saat pagi atau sore hari. Sekalian olahraga atau wisata membaca sejarah gubernur Jawa Barat yang ada di bagian selatan lapangan Gasibu.
Lanjut ke Gedung Sate, untuk menuju museum kita langsung saja ke sayap kanan Gedung Sate. Biasanya gerbang yang selalu terbuka dari gerbang belakang. Biaya masuknya dikenakan Rp5.000/orang. Termasuk murah sih. Dibuka dari hari Selasa – Minggu, pukul 09.30 – 16.00 ya.
Museumnya bagaimana? Keren banget! Museum yang diinisiasi oleh pemprov periode Aher – Deddy Mizwar ini memadukan keaslian Gedung Sate dengan teknologi terkini. Ada multimedia yang lengkap, ruang audio visual, sampai Augmented Reality dan Virtual Reality. Canggih kan?
Di salah satu sisinya kita bisa melihat tembok Gedung Sate yang dilubangi. Dari sana terlihat ketebalan dan teknologi struktur bangunan yang digunakan. Pun terdapat cetak biru Gedung Sate yang ternyata arsitekturnya memadukan aneka kultur budaya dari belahan dunia. Benar-benar masterpiece.
Puas di museum? Aku kebetulan mendapat kesempatan untuk naik ke menara Gedung Sate. Bersyukur banget nih bisa naik, karena memang gak semua orang yang bisa ke sini. Dari sini aku bisa melihat pemandangan sekitar Gedung Sate dari ketinggian. Bahkan di kejauhan Gunung Tangkuban Perahu pun samar terlihat. Di menara ini pula terdapat alarm yang saat itu bila dibunyikan, suaranya bisa terdengar sampai radius 40 KM lebih!
Waah puas nih jalan-jalan seharian di Kota Bandung. Apalagi tidak menghabiskan uang banyak, murah meriah euy!
Cihampelas
Kalau masih ingin belanja, karena sudah terlanjur ke Bandung, sekalian deh main ke Cihampelas. Apalagi ada Teras Cihampelas yang sempat jadi tempat favorit di Bandung. Jalan yang disediakan oleh pemkot untuk PKL ini memang instagramable banget. Warna-warninya yang unik membuat foto-foto semakin cantik.
Dari sini bisa sekalian ke pusat perbelanjaan Cihampelas Walk. Salah satu mall di Bandung yang punya banyak spot keren. Perbanyak deh stok foto selagi di sini.
Bandros
Ada yang lebih mudah kalau mau keliling Bandung seharian. Naik Bandros, Bandung Tour on Bus. Bus wisata unik khas Bandung ini memang dirancang untuk memudahkan wisatawan keliling dan mengenal Kota Bandung.
Untuk menaikinya bisa dari dua shelter utama, Alun-alun Kota Bandung dan Jalan Diponegoro (depan Museum Geologi). Tarif yang dikenakan adalah Rp20.000 per orang. Jam beroperasi dari pukul 08.00 – 16.00, lumayan kan? Ada pemandu wisatanya pula!
Akomodasi
Kalau sudah liburan begini, asyiknya memang menginap dulu di Bandung. Daripada bingung bermalam di mana, pilih saja hotel-hotelnya Archipelago International yang tersebar di banyak lokasi di kota Bandung.
Ada Favehotel Hyper Square, Favehotel Braga, Favehotel Premiere Cihampelas, Neo Dipatiukur, Aston Tropicana Cihampelas, dan Aston Pasteur. Mulai dari rate Rp280ribuan per malam, sudah bisa tidur nyaman. Apalagi kalau reservasi melalui Archipelago Membership, sudah lebih murah eh ada banyak benefit lainnya. Pembayarannya pun mudah, bahkan bisa saat di hotel.
Bagaimana? Bandung memang masih menarik kan untuk liburan? Apalagi nuansa heritage yang dimilikinya, semakin memancarkan pesona tiap bertambah usia. Belum lagi bertambahnya taman-taman wisata menarik, wajarlah tiap pekannya Bandung senantiasa dipenuhi wisatawan.
Jadi, kapan liburan lagi ke Bandung?
Bandung tuh emang punya daya tarik tersendiri buat terus dikunjungi lagi..lagi..lagi..
Ga bosen deh ke sini, dan ga habis2 tempat2 yg bisa disinggahi.
Jalan2 dan trotoar2 yg nyaman buat lalu lalang, jd betah walau harus jalan jauh sambil menikmati setiap sudut kotanya.
Love it ❤
Ig: @ajeng_subiantoro
Bandung selalu menyenangkan dan punya pesona tersendiri untuk dikunjungi ❤
Bandung selalu juara di hati ini mahhh… Luuuv Bandung
Ig : @hilpansuardinsyah
Pesona Bandung memang gak pernah habis ya