Pada pertengahan September 2023, secara resmi Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mempunyai kereta cepat. Sontak sejak saat itu, animo masyarakat yang ingin mencoba naik sangatlah tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kuota uji coba terbatas yang dibuka oleh pihak Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selalu ludes dalam hitungan menit.
Sebenarnya bagaimana sih kesan menaiki kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini? Benarkah senyaman dan sudah menjadi urgensi dalam dunia transportasi di Indonesia? Kebetulan kami berkesempatan beberapa kali mencoba kereta cepat yang diberi nama Whoosh ini.
HALIM – BANDUNG 1 JAM
Rasanya masih ingat betul, saat masih kecil dahulu kalau mau pergi ke Bandung minimal menghabiskan 5 – 6 jam perjalanan. Saat Tol Cipularang diperkenalkan dan dibuka untuk publik, akses ke Bandung menjadi mudah dan cepat. Saat awal-awal dulu, sering mendapati 2 jam saja waktu tempuh.
Kini saat kepadatan lalu lintas di tol semakin tinggi, dan tidak bisa diprediksi, sudah jarang mendapati bepergian Jakarta – Bandung dalam waktu 2 jam saja. Naik Argo Parahyangan pun seringkali di angka 3 jam perjalanan. Maka saat kami mencoba naik Whoosh dan mendapati hanya 1 jam perjalanan dari Stasiun Halim menuju Stasiun Bandung, tentu kami terkesan.
Untuk menaiki Whoosh kita harus menuju Stasiun Kereta Cepat Halim. Akses menuju stasiun ini sebenarnya mudah kalau menggunakan kendaraan umum. Cukup naik LRT dari stasiun LRT terdekat lalu turun di Stasiun LRT Halim. Dari sana kita cukup mengikuti papan arah dan dalam waktu 5 menit berjalan kaki sudah sampai di area keberangkatan Stasiun Kereta Cepat Halim.
Selain naik LRT, Stasiun Kereta Cepat Halim juga bisa diakses dengan Bus TransJakarta koridor 7W dengan rute Cawang – Halim. Karena rute ini menggunakan low deck bus, jadi kita menunggunya bukan di Halte BRT TransJakarta meski pembayaran tetap menggunakan kartu uang elektronik atau JakLingko. Dengan biaya Rp3.500 dan waktu tempuh sekitar 15 menit (tergantung kepadatan lalu lintas), kita sudah sampai di area keberangkatan Stasiun Kereta Cepat Halim.
Begitu sampai di area keberangkatan, siapkan barcode tiket atau tiket cetak untuk diperiksa petugas saat kita mau memasuki ruang tunggu di lantai 2. Oh iya, memesan tiket Whoosh dapat dilakukan di http://ticket.kcic.co.id atau aplikasi Whoosh yang bisa kamu instal dari Google Play Store dan Apple Store.
STASIUN HALIM
Stasiun KCIC Halim tergolong megah untuk ukuran stasiun kereta. Nuansanya hampir menyerupai bandar udara. Terintegrasi dengan Stasiun LRT Halim, meski tetap mempunyai jarak tempuh yang lumayan kalau membawa banyak barang.
Di Stasiun Halim terdapat fasilitas sebagaimana stasiun pada umumnya. Ada toilet, ruang tunggu, loket pelayanan, musala, sampai semacam pujasera. Melihat fasilitasnya yang cukup lengkap dan integrasi lumayan memadai, tidak heran kalau pada saat uji coba Stasiun Halim kerap ramai didatangi warga Bandung yang menaiki Whoosh.
Sebelum memasuki ruang tunggu, pastikan dahulu kita sudah memiliki tiket kereta cepat Whoosh. Atau bisa juga membeli langsung di loket yang tersedia. Metode pembayarannya beragam, bisa menerima uang tunai maupun non tunai.
Dapat juga membeli melalui mesin tiket otomatis yang tersedia di dekat area pujasera. Kalau membeli melalui mesin tiket, opsi pembayarannya hanya melalui QRIS ya. Di mesin tiket pun kita bisa mencetak tiket yang sudah kita pesan melalui website/aplikasi. Siapa tahu ingin ada kenang-kenangannya dan koleksi tiket pelbagai jenis kereta.
Memasuki ruang tunggu, barang bawaan kita akan diperiksa. Pengamanannya menyerupai di Stasiun MRT. Ruang tunggunya pun nyaman dan sejuk. Kursi yang tersedia terasa lebih dari cukup. Untuk gate pemeriksaan tiket akan dibuka pada 30 menit sebelum jadwal keberangkatan.
BERANGKAT …
Waktu pemeriksaan tiket sudah tiba, saatnya antre untuk memasuki gate keberangkatan. Bila menggunakan QR Code dari website/aplikasi tinggal pindai di gate, tunggu sampai sinyal/lampu hijau menyala dan gerbang terbuka. Kalau menggunakan tiket cetak, masukkan ke bagian bawah lalu tunggu tiket kembali keluar di bagian atas. Saat tiket sudah keluar, segera ambil maka gate akan terbuka.
Proses ini juga akan dilalui saat di stasiun tujuan ya. Jadi pastikan kita berhenti dan turun di stasiun sesuai dengan tiket yang kita punya.
Setelah memasuki gate keberangkatan, berjalan menuju peron di lantai paling atas. Kemudian nampaklah kemegahan dan kemewahan kereta cepat yang biasanya dulu hanya kami lihat di film-film barat. Seperti mimpi kalau sekarang kita bisa melihat dari dekat.
KERETA CEPAT WHOOSH
Satu trainset Whoosh terdiri dari 8 kereta. Terdapat tiga kelas dalam satu rangkaian. Mulai dari VIP dengan konfigurasi tempat duduk 2-1, ada kelas bisnis dengan tempat duduk 2-2, dan kelas ekonomi premium dengan tempat duduk 2-3. Kelas ekonomi premium inilah yang akan kami naiki.
Interiornya terasa nyaman. Meski mempunyai konfigurasi 2-3, tetapi karena kereta Whoosh lebih lebar dari kereta jarak jauh yang biasa kita naiki, jadi tetap terasa lega. Leg room-nya luas, bahkan meski sudah kita pakai untuk menaruh tas. Kursi pun dapat disesuaikan kemiringannya, sehingga membuat kita duduk semakin nyaman.
Terdapat meja pula yang bisa kita pakai, seperti di dalam kursi/kabin pesawat ekonomi. Untuk socket listrik, terdapat di celah bawah kursi. Ada 1 stop kontak dan 2 lubang USB type A yang bisa digunakan untuk mengisi daya gadget kita.
Tepat pada pukul keberangkatan, Whoosh pun diberangkatkan.
REVIEW PERJALANAN
Banyak kekhawatiran dari pelbagai pihak bagaimana keamanan dan kenyamanan menaiki kereta cepat. Jujur, kami pun berdebar-debar saat pertama kali naik. Namun ternyata yang kami rasakan, sangat menyenangkan. Perjalanannya mulus, suara begitu halus, dan sangat minim akan getaran. Untuk kecepatannya, paling tinggi kami pernah melihat di angka 351 km/jam. Benar-benar Whoosh!
Aliran listrik yang terdapat di stop kontak pun terbilang baik. Mengisi daya smartphone setiap menaiki Whoosh, tidak membuat smartphone atau adapter menjadi panas. Pun pengisian daya terbilang cepat. Hal yang berbeda kami rasakan saat menaiki kereta jarak jauh biasa atau moda transportasi lainnya.
Untuk toiletnya pun nyaman digunakan. Konsepnya benar-benar mengikuti toilet di pesawat. Pun selama perjalanan tidak diperkenankan merokok atau mengisap vape, jadi jangan sekalipun coba-coba ya.
Setelah sekitar 25 menit perjalanan, Whoosh pun sampai di Padalarang. Bagi yang ingin menuju Padalarang, Cimahi, dan Kota Bandung disarankan turun di sini dan berganti KA Feeder KCJB yang sudah disediakan.
KA FEEDER KCJB
Kalau turun di Stasiun Padalarang, setelah keluar dari gate, kita turun ke peron tempat KA Feeder KCJB sudah menunggu. Kereta feeder ini melayani rute Stasiun Padalarang – Stasiun Bandung PP dengan waktu tempuh 19 menit untuk sekali perjalanan.
Interiornya nyaman, mengingatkan dengan beberapa KA bandara yang sudah beroperasi di Indonesia. Meski pasti tetap akan merasakan perbedaan yang signifikan, dari nyaman dan halusnya naik Whoosh berganti dengan KA Feeder KCJB yang kesan perjalanannya mirip-mirip menaiki KA Bandara.
KA Feeder KCJB berhenti di Stasiun Cimahi juga ya, dengan Stasiun Padalarang/Bandung sebagai stasiun keberangkatan/tujuan. Biayanya sudah termasuk harga tiket Whoosh, sehingga bagi penumpang dari Whoosh atau mau menaiki Whoosh tidak perlu lagi membeli tiket kereta feeder.
Setelah 19 menit perjalanan, sampailah di Stasiun Bandung. Saat itu total waktu tempuh dari Stasiun Halim hingga Stasiun Bandung adalah 56 menit. Masih lebih cepat dari pelbagai moda transportasi lainnya.
MENUJU TEGALLUAR
Nah bagaimana kalau yang memesan tiketnya sampai Stasiun Tegalluar? Menurut kami, ini opsi yang paling pas kalau mau puas menikmati kereta cepat/Whoosh. Meski dari Padalarang – Tegalluar kecepatannya tidak lagi sampai 350 km/jam, tetapi tetap lebih cepat dari moda transportasi kebanyakan. Saat kami lihat di papan pengumuman, seringkali kecepatannya berkisar 150 – 180 km/jam.
Setelah 20 menit perjalanan dari Stasiun Padalarang, atau 45 menit sejak berangkat dari Stasiun Halim, sampailah Whoosh di Stasiun Tegalluar. Kemegahannya benar-benar berbeda dari stasiun kereta kebanyakan. Meski tidak semegah Stasiun KCIC Halim, tetapi Stasiun Tegalluar tetap terasa wah bila dibandingkan stasiun kereta pada umumnya.
STASIUN TEGALLUAR
Kalau tidak ada keperluan di dekat Stasiun Tegalluar, memang bingung apa yang bisa kita lakukan di stasiun ini. Akses menuju dan keluar stasiun masih sangat terbatas.
Ada shuttle Summarecon (gratis) yang mengantar kita sampai Summarecon dan adapula DAMRI yang rutenya mengantar sampai Pool DAMRI Gedebage, melewati GBLA, Al-Jabbar, Metro Indah Mall, namun seringkali hanya mengantar sampai Metro Indah Mall. Untuk DAMRI, per orangnya dikenakan biaya Rp10.000 dengan jam keberangkatan yang tidak menentu atau biasanya sekitar 10 – 15 menit setelah Whoosh tiba.
Selain dua opsi di atas, ada ojek pangkalan juga. Biasanya mereka meminta Rp15.000 – Rp20.000 untuk sekali pengantaran dari atau ke Stasiun Cimekar, Al-Jabbar, dan sekitarnya. Layanan ojek daring/online, bisa saja didapatkan, tetapi memang susah karena letak Stasiun KCIC Tegalluar yang cukup jauh dari keramaian.
Namun bila ada keperluan di daerah Cileunyi, Cibiru, Gedebage, Panyileukan, atau Jatinangor pun, menaiki Whoosh sampai Tegalluar terasa sepadan. Setidaknya kita sudah lebih dekat dengan tujuan dan waktu tempuh lebih cepat.
JADINYA …
Dengan harga tiket normalnya mulai dari Rp300.000 per orang untuk kelas Ekonomi Premium, memang menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat umum. Sebagian menganggap, masih terlalu mahal. Namun di sisi lain ada yang menganggap hal yang wajar bila membandingkan dengan Argo Parahyangan yang sudah mencapai Rp250.000 untuk kelas eksekutifnya.
Oh iya, dari 18 Oktober 2023 sampai 30 November 2023, harga tiket Whoosh untuk 1× perjalanan menjadi Rp150.000 saja per orangnya. Setengah dari harga awal yang diberikan. Dengan harga ini, tentu membuat persaingan tersendiri dengan kereta Argo Parahyangan yang sudah lebih dahulu melayani rute Jakarta – Bandung PP.
Kalau menurut kami, bila untuk perjalanan bisnis, atau memang sangat memerlukan kecepatan dan efektivitas waktu, maka Whoosh bisa dipertimbangkan jadi pilihan. Beberapa pekan terakhir, kami rutin PP Jakarta – Bandung pada hari yang sama menggunakan Whoosh (berangkat pagi pulang sore hari), kelelahan yang dirasa hampir tak ada. Meski tetap perlu jadi pertimbangan jarak, biaya, serta waktu tempuh dari titik berangkat dan titik tujuan untuk menuju Stasiun Halim atau Stasiun Tegalluar.
Namun bila mengutamakan kenyamanan karena membawa banyak barang, enggan berganti moda transportasi di tengah perjalanan, atau memang ingin menikmati perjalanan 2 – 3 jam ya Argo Parahyangan masih menjadi pilihan yang nyaman. Pun Argo Parahyangan sendiri punya beberapa kelas seperti Luxury atau Panoramic yang masing-masing ada peminatnya.
Selama menaiki Whoosh beberapa kali, kami kesulitan untuk tidur di atas kereta. Bukan karena tidak nyaman, justru kenyamanannya membuat kantuk seringkali datang menggoda. Namun begitu singkatnya waktu tempuh, sehingga sering mata baru terpejam tujuan sudah hampir di depan mata.
Adapun kendala yang benar-benar jadi catatan, selain waktu tunggu di Stasiun Padalarang, adalah kerap hilangnya sinyal/jaringan seluler sepanjang perjalanan dari Halim sampai Padalarang. Hal yang wajar bila mengingat sepanjang jalur tersebut Whoosh seringkali mencapai kecepatan di atas 300 KM/jam.
Untuk sekarang ini, jadwal perjalanan Whoosh ada 7 kali perjalanan pulang pergi Halim – Tegalluar. Jadwal KA Feeder KCJB pun mengikuti, menyesuaikan jadwal Whoosh setiap harinya.
Jadi bagaimana menurutmu? Tertarikkah mencoba dari Halim – Tegalluar atau Halim – Padalarang menggunakan Whoosh?